Klenteng atau rumah ibadat umat tri dharma Kwan Sing Bio merupakan klenteng tersohor di Indonesia. Sebagai klenteng yang langsung menghadap ke Laut dan merupakan klenteng terbesar di Indonesia membuat klenteng yang biasa disebut kuil kepiting ini sudah tak asing terdengar ditelinga warga Tuban. Lokasi klenteng ini sangat strategis yaitu di jalur pantura, tepatnya di jalan R.E Martadinata I, desa Karangsari, kecamatan Tuban, dekat terminal lama.
Klenteng Kwan Sing Bio memiliki ciri khusus yaitu terdapat sebuah patung kepiting yang langsung menghadap kelaut, ciri inilah yang menjadi identik dan sebagai lambang Klenteng Kwan Sing Bio, mungkin dari sinilah asal mula julukan kuil kepiting.
Memasuki klenteng Kwan Sing Bio anda langsung disuguhi dengan aroma harum dan menyengat, aroma yang berasal dari asap dupa ini selalu menyelimuti halaman depan klenteng karena disinilah para umat tri dharama melakukan upacara peribadatan. Melihat disekeliling halaman depan terdapat sebuah kendi raksasa dan disebelah kira terdapat suatu gedung yang diatasnya digunakan untuk pertunjukan wayang china. pertunjukan yang layaknya seperti wayang golek dari jawa perbedaannya adalah pakaian dari tokoh wayannya merupakan pakaian dari china begitu juga bahasa yang digunakan merupakan bahasa tionghoa.
Berjalan ke selatan semakin terlihat bangunan dengan ornamen-ornamen khas china yang menjadi ciri khas bangunan klenteng, patung-patung dewa berjejer rapi, patung-patung ini merupakan sumbangan dari umat tri dharma diseluruh Indonesia kalau tidak percaya datang sendiri dan lihat tulisan dibawah patungnya, ini merupakan bukti bahwa klenteng Kwan Sing Bio sudah sangat terkenal pengunjunnya bukan hanya dari Jawa namun seluruh Indonesia bahkan wisatawan luar negeri.
Diruang belakanng anda akan terpukau oleh pemandangan dari ruang terbuka yang sangat lias, disekelilingnya terlihat bangunan-bangunan didominasi warna merah kuning dengan gaya china dengan banyak patung seperti naga dan sebagainya baik dipondasi maupun diatap, ditengah halaman yang luas tedapat sebuah gedung yang dikelilingi kolam, wah tidak akan menyangka sama sekali kalau kita berada di tuban. Saat ini kawasan klenteng kwan sing bio diperluas tanah belakang yang dulu adalah sawah atau tempat tinggal penduduk kini telah dibeli dan digunakan untuk membangun gedung megah serta halaman belakang yang sangat luas. Dengan kemegahannya kleanteng kwan sing bio kini bukan hanya sebagai tempat ibadah namun juga dapat digunakan sebagai tempat wisata gratis he he...
1.6.09
Kuil Kepiting
Berendam sejenak menghilangkan penat
Ya siapa yang tak ingin berendam berilekasasi menghilangkan penat di sumber air panas alami, siapa bilang tempat seperti ini tidak ada di Tuban. Pemandian air panas Prataan merupakan tempat yang passs berileksasi, pemandian air belerang panas ini terdapat di Desa Parangbatu, Kecamatan Parengan, Kabupaten Tuban, berada di kawasan hutan jati milik Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Tepatnya berada di kawasan hutan lindung Parengan di ketinggian sekitar 400 meter dari permukaan laut.
Pemandian Prataan menjadi salah satu daerah wisata unggulan di Tuban meski ada pemandian air panas lainnya, seperti Sendang Kejuron di Dusun Mojo, Desa Sidorejo, Kecamatan Bangilan, serta Bektiharjo di Kecamatan Semanding.
Disekeliling pemandian ini terdpat Hutan jati yang rata-rata berumur di atas 50 karena secara administratif wilayahnya masuk Kesatuan Pemangkuan Hutan Perhutani Parengan. Pemandian air panas??? wah tidak sepenuhny apanas lo di tempat ini disediakan 12 bilik yang dilengkapi dua buah keran. Salah satunya keran air dingin. Anda bisa mencampurnya sehingga sesuai dengan tingkat kehangatan yang Anda butuhkan. Karena keterbatasan jumlah bilik, pengunjung harus antre (waduhhh). Disediakan pula fasilitas kolam renang 40 x 15 meter bagi pengunjung yang ingin berenang di air dingin, yang bersumber dari mata air di sekitar lokasi.
Kebanyakan dari pengunjung pemandian ini merupakan orang yang memiliki gangguan kesehatan, mungkin karena mereka percaya bahwa kehangatan air belerang sekitar 50 derajat Celsius, yang disertai kepulan asap, dan dapat memancing keringat bercucuran ini bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit, seperti gatal atau penyakit kulit lainnya, pegal linu bahkan stroke. namun disarankan bagi pengidap penyakit jantung atau pernafasan dilarang berendam melebihi 15 menit karena akan terganggu dengan uap air panas prataan ini.
Seperti dlansir disitus perhutani Pengunjung pemandian air panas Prataan ini dipungut biaya retribusi masuk Rp2.000, Sedangkan biaya parkir ditanggung sendiri untuk parkir motor Rp1.500 sedangkan mobil Rp3.000 kalu untuk sepeda bisa dikunci sendiri sedangkan tempatnya bisa diletakan disemak-semak, atau dinaikan diatas pohon biar aman he he he, Eit jangan sembarangan mandi bilas karena ada biaya sendiri yaitu Rp2.000, untuk sewa petak kamar bagi yang ingin mandi sendiri Rp 2.000, VIP kaliii, sedangkan mandi atau berenang di kolam Rp1.500 atau gratis bagi Anda yang menyerobot.
18.4.09
Air Tejun Nglirip
Salah satu wisata bahari yanng mengagumkan di Tuban adalah Air Terjun Nglirip, Air terjun dengan tinggi sekitar 30 meter dan lebar 28 meter ini berada di desa Mulyoagung Kecamatan Singgahan kurang lebihnya 35 KM arah barat daya dari Kota Tuban. Terletak didaerah yang masih sangat alami dengan pemandangan sekitarnya yang hijau serta medan yang cukup sulit untuk mengunjunginya, membuat para wisatawan merasakan keunikan dan kepuasan tersendiri.
Rasa lelah dalam perjalanan dengan disuguhi pepohonan nan hijau dan air jernih berjatuhan deras dari atas membuat suatu sungai kecil yang tampak hijau membuat siapapun tak akan tahan untuk cepat-cepat bermandi ria. Huiiih segar banget tentunya wisata bahari dengan sekelompok kawan kecil tanpa keramaian orang membuat kita serasa kembali ke alam (back to nature).Keunikan lain dari air terjun nglirip adalah terdapat sebuah goa yang cukup besar tepat dibalik derasnya air yang berjatuhan. konon menurut masyarakat di Goa itu hidup roh seorang wanita yang sedang menunggu kekasihnya, sesekali wanita tersebut keluar dari goa dan masuk dalam kerumunan masyarakat sekitar seperti berbelanja di pasar dll, percaya atau tidak terserah anda karena sampai saat ini belum ada seseorangpun yang mengetahui wajah roh wanita ini. Namun mitos ini tidak bakalan membuat bulu kuduk anda berdiri dengan menikmati keindahan air terjun nglirip ini. Dari air terjun Nglirip menuju ke arah timur terdapat sumber air krawak, sumber air ini keluar dengan deras di tepian sungi dengan lokasi yang masih perawan belum ada bangunan apapun, sepertinya ini juga bisa digunakan tempat untuk bermandi ria ya... he he he.
Sangat disayangkan air terjun nglirip ini sudah tidak mendapat perhatian dari masyarakat. Apalagi dengan digunakannya sumber air kerawak yang berada di goa terus sebagai kebutuhan air bersih sekitar dua ribuan kepala keluarga, akibatnya dari tahun ketahun debit air terjun Nglirip semakin menyusut. Dengan ditutupnya goa putri asih yag rawan longsor dan berkembangnya wisata modern seperti WBL Lamogan membuat pengunjung air terjun Nglirip semakin merosot, namun menurut saya dengan pengunjung yang sepi membuat berwisata disini semakin natural apalagi pihak perhutani menegaskan dari 12 sumber air kerawak 5 buah yang mati masih bisa diselamatkan.
Goa Akbar
Tuban juga memiliki julukan sebagai kota seribu goa, hal ini karena topografi tuban yang memang memiliki banyak goa. Goa yang paling populer dan sukses adalah goa akbar. Goa ini terletak di kecamatan Semanding, tepatnya bawah pasar baru.
Banyak pendapat tentang asal muasal dari goa Akbar, dari http://dongengdalam.blogspot.com dikatakan asal muasal Goa Akbar adalah sebagai berikut:
Legenda
Sekira 500 tahun lalu, Sunan Bonang sedang melakukan perjalanan. Ketika menemui goa ini, Kanjeng Sunan Bonang terpesona dan seketika berucap, “Allahu Akbar”. Konon, sejak itulah, goa yang terletak di tengah Kota Tuban itu disebut Goa Akbar. Versi lain diceritakan, karena sekitar goa banyak dijumpai pohon Abar. Masyarakat setempat kemudian menyebutnya Ngabar.
Berdasar buku yang dihimpun Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Tuban, kata Ngabar berasal dari bahasa Jawa yang berarti latihan. Konon, goa ini pernah dijadikan tempat persembunyian untuk mengatur strategi dan latihan ilmu kanuragan prajurit Ronggolawe, yang ketika itu berencana mengadakan pemberontakan ke Kerajaan Majapahit. Pemberontakan itu disulut oleh ketidakpuasan Ronggolawe atas pelantikan Nambi menjadi Maha Patih Majapahit.
Karena seringnya dijadikan tempat latihan, goa dan daerah sekitarnya dijuluki Ngabar, yang kemudian seiring waktu menjadi nama dusun yaitu Dusun Ngabar, Desa Gedongombo, Kecamatan Semanding. Cerita mengenai asal usul ini memang berkembang bervariasi. Pastinya, kata Akbar itu kini dipergunakan Pemerintah Kabupaten Tuban sebagai slogannya. Akbar bermakna Aman, Kreatif, Bersih, Asri, dan Rapi.
Goa Akbar mengandung kisah keagamaan sangat tinggi. Diceritakan, konon Sunan Bonang mengetahui goa ini karena diajak Sunan Kalijogo yang saat itu masih bernama RM Sahid. Bila disimak cerita pada relief di dinding sebelah utara pintu masuk, digambarkan RM Sahid yang adalah putra Bupati Tuban ke-9 yang bernama Wilotikto diusir dari rumah karena bertabiat kurang baik. Karenanya ia dipanggil dengan nama Brandal Lokojoyo. Pertemuannya dengan Sunan Bonang di Kali Sambung, Brandal Lokojoyo mengatakan kalau rumahnya di goa.
Alkisah, setelah ia terusir, RM Sahid memang tinggal di Goa Akbar. Perjalanan spiritual RM Sahid alias Brandal Lokojoyo kemudian menemui jalan kebenaran, dan terakhir menjadi Sunan Kalijogo. Beberapa tempat di Goa Akbar akhirnya dipercaya sebagai tempat perjalanan religius Sunan Kalijogo dan Sunan Bonang, di samping wali-wali yang lain.
Jejak Wali
Legenda yang terkandung dalam goa itu pun berpadu dengan kepercayaan dan perkiraan sejarah. Lihat, misalnya, dua buah batu di mushala sebelum pintu keluar goa. Jika diamati, kedua patung tersebut mirip dengan bentuk singa. "Dipercaya, kedua singa ini diperintahkan untuk menjaga goa," kata Soekaton. Di depan musholla terdapat ruang yang sangat luas yang dikenal sebagai Paseban Para Wali, atau tempat para wali menyampaikan fatwa dan ajaran agama. Paseban itu mirip ruang pertemuan. Stalagtit dan stalagmit juga seakan menjadi hiasan ruangan. Itu ditambah dengan adanya batu-batu besar yang terletak di bagian depan ruang, seakan menjadi podium bagi pembicara.
Ada pula batu yang disebut Gamping Watu Nogo yang dipercaya sebagai tempat pertapaan Sunan Kalijogo. Di bawah batu yang menjorok ke depan itu terdapat kolam. Diceritakan, kolam itu kadang bergolak dan mengepulkan asap, seakan ada dua ekor naga di dalamnya. Di pojok mushala juga terdapat sebuah ceruk yang diberi lampu berwarna merah.
Menurut cerita, selain tapak Sunan Kalijogo dan Sunan Bonang, ada Sunan Bejagung yang juga pernah bertapa di goa ini. Dalam cerita rakyat, Sunan Bejagung awalnya adalah petani biasa yang suka menanam jagung. Namun, ia memiliki kesaktian lebih. Setiap siang ia tak nampak dalam goa. Pada saat itu ia telah berada di Mekah untuk membantu menyalakan pelita.
Goa ini juga memiliki sumber air alami. Sumber air yang diberi nama Kedung Tirta Agung tersebut, menurutnya, airnya baru mengalir deras selepas tahun 1999. Di malam takbiran itu, Bupati Tuban mengadakan syukuran di dekat sumber mata air sambil membawa ayam hitam. Tiba-tiba air mengucur deras. Hingga kini, air tersebut diyakini memiliki khasiat, baik untuk kesehatan maupun untuk kekuatan.
Eksplorasi
Sebenarnya masih banyak lorong yang tampaknya belum dieksplorasi di Goa Akbar. Melihat struktur tanah di kawasan ini banyak mengandung kapur, tidak heran jika goa-goa di Tuban memiliki stalagtit dan stalagmit yang berbeda. Belum dieksplorasinya lorong-lorong di Goa Akbar ini juga menyisakan kisah yang perlu dieksplorasi untuk memperoleh keunikannya.
Lorong Hawan Samudra, misalnya, dipercaya tembus hingga Pantai Utara Tuban. Menurut cerita, lorong itulah yang digunakan untuk mengejar musuh kerajaan yang lari ke laut. Sementara lorong lainnya berujung pada Goa Ngerong di Kecamatan Rengel. Legenda ini bisa jadi memiliki nilai kebenaran, mengingat Prasasti Malenga dan Prasasti Banjaran yang bertahun 1052 ditemukan di Rengel. Karena itu pula Rengel dianggap sempat menjadi pusat pemerintahan saat itu.
Lorong lainnya juga dianggap bersambungan dengan sumber air Bektiharjo. Berdasar buku 700 Tahun Tuban yang disusun R Soeparmo, tempat ini merupakan salah satu tempat asal usul Tuban. Cerita berujung ketika Raden Arya Dandang Miring membuka hutan bernama Papringan lalu keluar air, sehingga disebut Tuban (Metu Banyu: Jawa).
Secara arkeologis, Goa Akbar diperkirakan sudah berusia lebih dari 20 juta tahun. Perkiraan ini didasarkan pada temuan fosil binatang laut seperti kerang di batu-batu dan dinding goa. Temuan itu kian menguatkan posisi Goa Akbar sebagai goa fosil. Hingga kini, fosil-fosil di batu tersebut dapat disaksikan dengan jelas.
Sebagai tempat wisata, pengelolaan Goa Akbar cukup serius. Mulai dari pintu masuk hingga jalur menyusuri lorong, sudah dilengkapi bermacam fasilitas untuk kenyamanan pengunjung. Sepanjang jalan dalam goa disediakan jalur dari paving block yang dibatasi oleh pagar steinless. Selain pagar pembatas, di sana sini tertempel larangan balik arah, agar pengunjung tidak sampai kebablasan tanpa memperhitungkan keselamatan. Di berbagai tempat dipasang lampu warna-warni sehingga kian membuat suasana nyaman.
Berbagai cerita yang terkandung di dalamnya, menjadikan tempat ini sangat penting. Selain menarik sebagai tempat wisata, Goa Akbar juga memiliki arti penting bagi ilmu pengetahuan, baik sejarah, arkeologi, maupun agama. Namun, kondisi goa ini mesti dijaga bersama. Jangan sampai bernasib kurang bagus seperti banyak terjadi di tempat-tempat bersejarah lain.
Bagian-bagian Goa Akbar
Ruang dan Ornamen Batu di Goa Akbar
Seiring beragamnya cerita yang menyelimuti, Goa Akbar memiliki banyak ruang dan ornamen batu dalam berbagai bentuk, yang memiliki jalinan kisah tersendiri. Kisah itu berkaitan dengan sejarah wali-wali dalam melakukan syiar agama di desa-desa hingga kawasan pantura (pantai utara).
* Pertapaan Andong Tumapak. Tempat ini dipercaya sebagai tempat pertapaan Sunan Bejagung (Sayyid Abdullah Asyari), penyebar agama Islam di Jawa sebelum Wali Songo. Konon, kanjeng Sunan Bejagung bertapa untuk memenuhi permintaan Bupati Tuban kala itu, untuk memohon petunjuk pada Tuhan dalam menghadapi serangan musuh.
* Sendang Tirta Merta berupa kolam air kehidupan yang bermakna kehadiran goa ini diharapkan bisa menjadi lapangan kehidupan masyarakat Tuban dan bisa meningkatkan kesejahteraan dan lapangan kerja.
* Lorong Hawan Samodra. Berdasar penelitian, di dalam lorong tersebut pernah ditemukan tanah bercampur ijuk, sehingga diduga dulu dipakai tempat penyimpanan harta karun.
* Ruangan Songgo Langit. Artinya dari sudur ruangan ini kita bisa melihat langit secara bebas melalui lobang angin.
* Sela Sardula berupa batu yang bentuknya mirip macan.
* Lorong Landak yaitu lorong tempat persembunyian atau sarang landak.
* Pendopo Watu Datar yang dulunya merupakan Goa Lawa (sarang kelelawar).
* Prapen Empu Supa atau batu iring dengan batu perapian untuk membuat senjata milik Empu Supa di Desa Dermawuharjo Kecamatan Semanding.
* Pasepen Kori Sinandhi yang berarti pintu atau tempat untuk semadi, bertapa, atau bersembunyi.
* Gawang Marabahaya. Bila masuk ke lorong sejauh lebih kurang 20 meter akan menemui sumur sedalam 14 meter yang di dalamnya terdapat sungai bawah tanah. Bila ditelusuri, sungai itu akan tembus ke Gua Ngerong, Rengel. Muaranya bisa dilihat di pantai Boom.
* Pendopo Sela Gumelar. Ruangan ini dulu beralaskan batu-batu yang tersebar secara rapi bagaikan tertata. Pernah digunakan sebagai tempat pertemuan atau istirahat para isteri wali sambil menunggu para wali rapat di ruangan lain.
* Pasunggingan Banyu Langse yaitu bentuk batu seperti aliran air. Nama ini diambil dari Pemandian Sungai di Boto Kecamatan Semanding.
* Pertapaan Sela Kumbang sebagai tempat pertapaan yang terletak di atas tanah.
* Gampeng Watu Naga. Bentuk batu-batu ruangan itu bila digabungkan akan mirip dengan ular naga.
* Sela Turangga yaitu batu mirip kuda. Lorongnya bisa tembus ke Rumah Sakit Medika Mulia.
* Muhamandhapa Sri Manganti. Ruangan seperti pendopo besar dan luas, yang pernah digunakan sebagai tempat rapat, sidang, pertemuan para Wali Songo.
* Watu Gong atau sebuah batu yang bila dipukul bisa menghasilkan bunyi seperti gong.
* Pasujudan Baitul Akbar, yaitu tempat ibadah bagi umat Islam. Tempat ini pernah digunakan oleh Sunan Bonang untuk melaksanakan shalat.
Mewujudkan Visi dan Misi Tuban
Memiliki visi dan misi setiap daerah merupakan hal biasa namun dalam mewujudkannya membutuhkan perjuangan yang besar serta pengorbanan yang tidak sedikit. Tuban merupakan Daerah yang memiliki visi dan Misi luhur, hal ini bukan merupakan beban Pemerintah namun juga beban dan tanggung jawab kita semua sebagai warga Tuban.
Berikut merupakan isi dari visi dan misi kabupaten Tuban
VISI Pemerintah Kabupaten Tuban
"TERWUJUDNYA MASYARAKAT TUBAN YANG MANDIRI LAHIR DAN BATIN"
Maksud kata mandiri dalam visi tersebut adalah keadaan masyarakat yang memiliki keberdayaan, sehingga mampu untuk menentukan pilihan sesuai keinginannya termasuk didalamnya kemampuan untuk berpartisipasi (bukan mobilisasi) dalam berbagai aktivitas pembangunan.
Sedangkan kata sejahtera lahir batin adalah keadaan masyarakat yang tercukupi kebutuhan minimalnya meliputi sandang, pangan, papan dan kesehatan serta kebebasan untuk melaksanakan ibadah sesuai dengan keyakinan masing-masing dalam situasi lingkungan yang aman dan damai.
MISI Pemerintah Kabupaten Tuban
1. Perwujudan pemberdayaan dan peningkatan kualitas aparatur pemerintahan yang berakhlak mulia dan bertanggung jawab serta berfungsi melayani masyarakat, profesional, berdaya guna, transparan, bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme, serta menjamin terwujudnya kondisi aman, damai, tertib, dan ketentraman masyarakat ;
2. Perwujudan dan pelaksanaan otonomi daerah yang mapan dan secara damai dilandasi oleh pembangunan Kabupaten Tuban dengan memperhatikan potensi sumberdaya alam dan kemampuan sumberdaya manusia lokal, serta aparatur pemerintahan yang bersih dan bertanggung jawab (clean government dan good governance) ;
3. Perwujudan kehidupan sosial budaya yang bertumpu pada pengamalan ajaran agama, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, berkepribadian, serta menjunjung tinggi hak asasi manusia dan tegaknya supremasi hukum ;
4. Peningkatan peran serta masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi Kabupaten Tuban, terutama nelayan, pengusaha kecil, menengah, dan koperasi, melalui pengembangan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan dan berbasis pada sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang produktif, mandiri, maju, beretos kerja, berdaya saing, dan berwawasan ramah lingkungan;
5. Perwujudan pengelolaan sumber daya alam dan pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan, berwawasan lingkungan dalam rangka peningkatan ekonomi masyarakat dan daerah ;
6. Perwujudan kesejahteraan masyarakat dan pemerataan hasil-hasil pembangunan melalui pemberdayaan masyarakat dengan ditandai oleh meningkatnya kualitas kehidupan yang layak dan tercukupinya kebutuhan dasar masyarakat.
Dengan visi dan misi tersebut kita harus tetap berjuang dengan pengorbanan dan tanggung jawab yang besar demi meraih masyarakat Tuban yang adil, makmur dan sejahtera
Arti dari lambang kabupaten Tuban
Kabupaten Tuban memiliki lambang daerah yang dijadikan identitas diri. Disetiap gambar dari lambang kabupaten Tuban memilik pengertian masing masing. Dalam satu keutuhan akan menjadi ciri khusus (identitas) maupun cita0cita luhur Kabupaten Tuban.
ARTI PADA LAMBANG KABUPATEN TUBAN.
Lambang kabupaten Tuban terbagi atas 8 bagian yaitu :
1. Bentuk Perisai Putih yang bersudut lima
Dengan jiwa yang suci murni dan hati yang tulus iklas masyarakat Tuban menjunjung tinggi Pancasila. Sekaligus merupakan perisai masyarakat dalam menghalau segenap rintangan dan halangan untuk menuju masyarakat adil dan makmur yang diridloi oleh Tuhan Yang Maha Esa.
2. Kuda Hitam dan Tapal Kuda Kuning
Kuda hitam adalah kesayangan Ronggolawe, pahlawan yang diagungkan oleh masyarakat Tuban karena keikhlasannya mengabdi kepada negara, watak kesatriannya yang luhur dan memiliki keberanian yang luar biasa. Tapal kuda Ronggolawe berwarna kuning emas melingkari warna dasar merah dan hitam melambangkan kepahlawanan yang cermelang dari Ronggolawe.
3. Gapura Putih
Melambangkan pintu gerbang masuknya Agama Islam yang dibawakan oleh “Wali Songo” antara lain Makdum Ibrahim yang dikenal dengan nama Sunan Bonang, dengan itikat yang suci murni dan hati yang tulus ikhlas, masyarakat Tuban melanjutkan perjuangan yang pernah dirintis oleh para “Wali Songo”.
4. Bintang Kuning bersudut lima
Rasa Tauhid kepada Tuhan Yang Maha Esa yang memancar didada tiap-tiap insan rakyat Tuban memberikan kesegaran dan ketangguhan iman, dalam berjuang mencapai cita-cita yang luhur.
5. Batu hitam berbentuk umpak dan pancaran air berwarna biru muda
Menunjukan dongeng kuno tentang asal kata Tuban. Batu hitam berbentuk umpak ialah Batu-Tiban dari kata ini terjadilah kata Tuban. Pancaran air atau sumber air ialah Tu-Banyu (mata ir) menjadi kata Tuban.
6. Pegunungan berwarna hijau, daun jati dan kacang tanah
Tuban penuh dengan pegunungan yang berhutan jati dan tanah-tanah pertanian yang subur dengan tanaman kacang tanah. Pegunungan berwarna hijau mengandung arti masyarakat Kabupaten Tuban mempunyai harapan besar akan terwujudnya masyarakat yang adil makmur yang diridloi Tuhan Yang Maha Esa.
7. Perahu emas, Laut biru dengan gelombang putih sebanyak tiga buah.
Sebelah utara Kabupaten Tuban adalah lautan yang kaya raya, yang merupakan potensi ekonomi Penduduk pesisir Kabupaten Tuban. Penduduk Pesisir utara adalah nelayan-nelayan yang gagah berani. Dalam kedamaian dan kerukunan masyarakat Daerah Kabupaten Tubanuntuk membangun daerahnya menghadapi tiga sasaran yaitu:
1. Pembangunan dan peningkatan perbaikan mental dan kerohanian.
2. Pembangunan ekonomi.
3. Pembangunan Prasarana yang meliputi jalan-jalan, air dsb.
8. Keterangan angka
1. Lekuk gelombang laut sebanyak 17 melambangkan tanggal 17.
2. Lubang tapal kuda berjumlah 8 melambangkan bulan Agustus.
3. Daun dan biji jati melambangkan angka 45.
dengan demikian masyarakat Kabupaten Tuban menjnjung tinggi hari Proklamasi Kemerdekaan Negara Indonesia. Semangat Proklamasi menjiwai perjuangan dan cita-cita masyarakat Kabupaten Tuban.